CAKLIPA LARAS SENI BUNCIS DESA PESANGGRAHAN BY DELTACROYA - DELTA CROYA CRYPTO NEWS

delta

AMBIL YANG BERMANFAAT DAN KABARKAN PADA YANG LAIN

Post Top Ad

Jumat, 17 September 2021

CAKLIPA LARAS SENI BUNCIS DESA PESANGGRAHAN BY DELTACROYA


Buncis di Banyumas bukan sekedar nama sayuran untuk lauk-pauk. Buncis juga menjadi nama salah satu kesenian local setempat. Kesenian ini tersaji dalam bentuk seni pertunjukan rakyat. Pemain terdiri dari delapan orang yang menari sambil menyanyi, sekaligus menjadi musisinya. Dalam sajiannya keseluruhan pemain mengenakan kostum berupa kain yang dibuat menyerupai rumbai-rumbai menutup aurat. Sedangkan di kepalanya dikenakan mahkota yang terbuat dari rangkaian bulu ayam. Dengan kostum yang demikian inilah kemudian menjadikan seni buncis lazim disebut dengan istilah ‘dayak-dayakan’ yang berarti menyerupai kostum suku Dayak di Kalimantan.

Para pemain dalam pertunjukannya membawa alat musik angklung berlaras slendro. Masing-masing membawa satu buah alat musik yang berisi satu jenis nada yang berbeda. Enam orang di antaranya memegang alat bernada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem) 1 (ji tinggi) dan 2 (ro tinggi). Dua orang yang lain memegang instrument kendhang dan gong bumbung. Dalam membangun sajian musical, masing-masing pemain menjalankan fungsi nada sesuai dengan alur lagu balungan gendhing. Dari permainan alat-alat musik yang demikian, mereka mampu menyajikan gendhing-gendhing Banyumasan.

Hingga saat ini seni buncis masih bertahan hidup di wilayah kecamatan Somagede, tepatnya di Desa Tanggeran, Klinting, dan Sokawera. Semua berjumlah empat kelompok, yaitu di Tanggeran terdapat dua kelompok, Klinting (satu kelompok), dan Sokawera (satu kelompok). Hingga dasawarsa 1970-an, buncis masih bias ditemukan di wilayah kecamatan Kemranjen dan Kebasen. Namun seiring dengan perubahan jaman dari era tradisional-agraris ke modern-teknologis, keberadaan seni buncis di kedua kecamatan ini berangsur-angsur mengalami kepunahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad